Depan Profil Sejarah Desa

Sejarah Desa

Sejarah Desa Setianegara bermula dari keberadaan daerah bernama Ragasakti, yang sudah dianggap sebagai desa karena bertetangga dengan Desa Linggajati. Kuwu atau Kepala Desa di Ragasakti biasa dijuluki bapak Kuwu RAGASAKTI yang bermakna badan/fisik yang pininjul/perkasa. Bukti bahwa Ragasakti adalah sebuah desa terlihat dari adanya Balai Pertemuan Dusun, mesjid, dan peninggalan lain yang masih tersisa. Meski tak pernah ditemukan data yang otentik tentang kapan berdirinya Desa Ragasakti, tapi dari cerita yang beredar diketahui bahwa penduduk Desa Ragasakti tidak pernah lebih dari 40 rumah. Dalam perkembangannya kemudian, Desa Linggajati, yang saat itu dipimpin oleh Bapak Kertadijaya, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

  1. Desa Linggajati
  2. Desa Linggasana
  3. Desa Gunung Deukeut

Selanjutnya Ragasakti bergabung dengan Desa Gunung Deukeut. Jabatan Kuwu Desa yang pertama adalah :

  1. Bapak Buyut Angkit (1902-1913),
  2. Bapak L. Wangsadinata (1913-1924),
  3. Bapak Rd. H. Imam Sanusi (1924-1935),
  4. Bapak Rd. K. Suwita Wijaya ( 1935-1946)
  5. Bapak Eka Sastradirana (1946-1948).
  6. Bapak Eno Suarna Wijayasastra Tahun 1948-1949,  menjadi pejabat sementara merangkap juru tulis dan kemudian tahun 1949-1958 , bapak Eno Suarna Wijayasastra menjadi Kuwu Desa Gunung deukeut. pada masa kepemimpinan Bapak Eno Suarna Wijayasastra inilah tepatnya pada Hari Selasa Tanggal 3 Maret 1951, Desa Gunungdeukeut berubah nama menjadi Desa Setianegara yang berada di wilayah Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan yang terdiri dari 5 RW dan 15 RT.
  7. Bapak Muchtar S. (1958-1969)
  8. Bapak Hasan Basri (1969-1980)
  9. Bapak Jojo Suharja (1980-1986)
  10. Bapak Salman (1986-1996)
  11. Bapak Maman Mustaman (1996-1998)
  12. Ibu Rita Heryati (1998-2006)
  13. Bapak H. Tono Sartono, BE (2007-2013)
  14. Bapak Riyanto (Maret-Juli 2013, PJS)
  15. Bapak H. Tono Hartono, BE (Agustus 2013-April 2014)
  16. Bapak Usnali (Juli-Desember 2014, PJS)
  17. Suharto, SE (Januari-Desember 2015, PJS)
  18. Bapak Bakri (2016-2021)
  19. Ibu Nani Sumarni (2022-sekarang)

Sementara itu, sejarah perjuangan Desa Gunungdeukeut tercatat pada perang gerilya tahun 1946. Desa Gunung Deukeut memiliki beberapa peranan cukup penting, yaitu:

  1. Sebagai dapur umum
  2. Tempat peristirahatan bagi para pejuang
  3. Sebagai lalu lintas antara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai jalan masuk dari Kabupaten Kuningan-Jalaksana-Cilimus-Mandirancan-Kabupaten Cirebon, dan sebaliknya basis pertahanan atau pencegatan saat serangan umum atau serangan fajar saat jembatan purut sedang tidak bisa digunakan.

Jembatan purut adalah jembatan yang terletak di Desa Gunung Deukeut yang merupakan tempat pasukan gerilya mencegat tentara Belanda. Biasanya tentara Belanda dicegat saat akan menyerahkan bantuan ke RS Sidawangi dan ke sumber air bersih di Paniis. Pencegatan itu tak jarang berakhir dengan pertempuran dan setelah itu hampir dapat dipastikan malamnya Desa Gunung Deukeut akan dibombardir mortir/canon oleh tentara Belanda.

Selama Belanda menduduki Panawuan tercatat 4 kali terjadi serangan mortar/canon yang dijatuhkan ke Desa Gunung Deukeut. Jika satu kali serangan mengeluarkan 90 peluru berarti sudah hampir 360 peluru yang dijatuhkan ke Desa Gunung Deukeut. Hanya Kuasa Allah yang menjadikan Desa Gunung Deukeut tak sampai luluh lantak saat itu. Selain serangan mortar di malam hari, pada siang harinya juga sering diadakan penggeledahan ke rumah-rumah pamong desa atau rumah keluarga pasukan gerilya.

Berikut adalah daftar nama-nama personil pasukan gerilya kelompok dapur umum dan bagian tata usaha/perbekalan: Bapak Martawijaya, Bapak Saca Arju, Bapak Mustam S. (Pamong Desa/Kepala Polisi Desa), Bapak Ruham bin Nata Sarim (gugur ditembak Belanda), Bapak Kawi, Bapak Karman, Bapak Suadi (gugur ditembak Belanda).

Sedangkan tentara gerilya yang bertugas di wilayah operasi Cilimus, Mandirancan, Sumber, Plumbon, Palimanan di bawah pimpinan Bapak Karim Muda dengan julukan PANDAWA LIMA sedangkan yang khusus untuk kawedanan Cilimus yaitu peleton II di bawah pimpinan Bapak S. E. Usman. Setelah Belanda menyerah maka semua pasukan gerilya kembali ke kota dan para pamong desa (dahulu disebut SASAKA) juga kembali ke SASAKA jaman dahulu dan Sekarang.

 

Istilah Dahulu - Sekarang

Kuwu - Kepala Desa

Juru tulis - Sekretaris Desa

Panglima - Kaur Keuangan

Kepala Pulis - Kepala Urusan Umum

Raksabumi - Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan

Ketib/Lebe - Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat

Lurah - Kepala Urusan Pemerintahan

Cap Gawe - Kepala Dusun Pahing

Babau - Kepala Dusun Kliwon

Pulisi II - Kepala Dusun Pon

Ngabihi - Kepala Dusun Wage